Social Icons

Minggu, 26 Maret 2017

LEGENDA KOTA SANGATTA

 Konon dahulu kala disebuah hutan di Kalimantan Timur, ada sebuah kerajaan yang hanya dihuni ribuan burung enggang, masyarakat yang hanya dihuni burung enggang ini hidup damai dan tentram dengan burung enggang paling besar dan gagah adalah raja disini bernama Raja Emas Habang, karna warna tanduk Raja burung enggang ini berwana emas dan habang atau merah menyala paduan warna perak. Raja Emas Habang ini memerintah masyarakatnya dengan bijaksana, Raja ini terkenal dermawan, tidak sombong, dan memiliki jiwa rela berkorban, dia rela mati demi masyarakatnya jika suatu saat ada bahaya yang mengancam kerajaannya.          
  Raja Emas Habang belum memiliki pendamping hidup. Suatu hari burung enggang betina bernama Pinan berjualan buah-buahan di Kerajaan Emas Habang, dan raja itu tertarik dengan Pinan. Raja mendekati Pinan dan sepertinya Pinan merespon dengan baik. Masyarakat kerajaan pun sangat menyetujui hubungan mereka. 
          
 Sampai akhirnya berita ini terdengar oleh Buaya dari desa Sangkima. Buaya ini terkenal dengan sifat penguasanya di desa itu. Karna dia hewan paling besar di desa tersebut. Buaya ini bernama Sang Tah, Sang tidak terima dengan berita yang disampaikan oleh warga desa karena Sang sangat cinta dan dari dulu mengejar-ngejar Pinan, tetapi Pinan tidak menyukai Sang.            
Buaya besar bernama Sang Tah ini mendatangi Raja Emas Habang di kerajaannya. Terjadi perselisihan antara Raja Emas Habang dengan Buaya Sang Tah. Mereka membuat prjanjian, Raja Emas Habang berkata “perjanjian ku adalah jika kau bisa mengalahkanku, maka kerajaanku dan pinan akan menjadi milikmu” lalu Buaya Sang Tah menjawab “baik, dan perjanjian ku adalah jika engkau bisa mengalahkan ku, sangkima dan pinan akan jadi milik mu dan aku akan pergi dari sini”.  Mereka sama-sama memiliki tubuh yang besar dan kuat, pertarunga sangat hebat ini berlangsung sangat lama dan disaksikan oleh warga kerajaan, desa, dan Pinan sendiri.
 Hujan sangat deras dan berangin mengguyur mereka, tetapi tidak ada yang bisa menahan mereka walaupun hujan deras sekali pun sampai pada akhirnya Raja Emas Habang mati dan pada saat itu juga ketika Pinan menyaksikan kekalahan Raja, ia kabur  dari tempat kejadian karena ia tidak ingin dinikahi oleh Buaya besar Sang Tah.          
  bangkai Emas Habang dikubur di tengah tengah antara desa Sangkima dan Kerajaan Emas Habang yang kini telah dibangun monumen burung enggang di atas kuburan bangkai Raja Emas Habang. sekarang Sang Tah menguasa kerajaan emas habang. 
tetapi sebagian besar Kerajaan Emas Habang dia beri nama "Sang Tah" yang sekarang dikenal orang “Kota Sang Tah”, lama lama orang terbiasa menyebutnya menjadi “Kota Sangatta”.Kerajaan Emas Habang hanya sebagian kecil dari kota Sangatta, kini istana Emas Habang tenggelam akibat diguyur hujan sangat deras saat perkelahian mereka dan menjadi sungai kecil.  Sampai sekarang buaya sang tah tinggal di dalam kerajaan bawah sungai itu. Orang orang menyebutnya Sungai Emas Habang dan lama lama menjadi Sungai Masabang.Lokasi Monumen Enggang kini dinamai Jalan Pinan. 
karna banyak masyarakat tinggal disini bersuku bugis maka jalan kini berubah nama menjadi Jalan Pinang.Konon setiap hujan deras buaya Sang Tah keluar mencari pinan dan sungai masabang meluap. dan setiap hujan deras burung Pinan bertengker di monumen burung Emas Habang karena rindu dengan kekasihnya.Mitosnya setiap malam yang membawa pasangannya ke monumen burung enggang Emas Habang ini, hubungannya akan bertahan lama. Dan sampai sekarang masih banyak orang yang berdatangan membawa pasangannya ke monumen burung enggang setiap malam minggu.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text

Sample Text

 
Blogger Templates